blog


glitter-graphics.com [url=http://www.glitter-graphics.com][img]http://dl3.glitter-graphics.net/pub/1238/1238563s6wfel4lo6.gif[/img][/url]

Kamis, 29 Desember 2011

Kisah Nyata: Kisah seorang istri yang shalihah

Saif Al Battar
Senin, 14 November 2011 11:41:42
Usia istri Yaqin masih sangat muda, sekitar 19 tahun. Sedangkan usia Yaqin waktu itu sekitar 23 tahun. Tetapi mereka sudah berkomitmen untuk menikah.
Istrinya Yaqin cantik, putih, murah senyum dan tutur katanya halus. Tetapi kecantikannya tertutup sangat rapi. Dia juga hafal Al-Qur’an di usia yang relatif sangat muda , Subhanallah…
Sejak awal menikah, ketika memasuki bulan kedelapan di usia pernikahan mereka, istrinya sering muntah-muntah dan pusing silih berganti… Awalnya mereka mengira “morning sickness” karena waktu itu istrinya hamil muda.
Akan tetapi, selama hamil bahkan setelah melahirkanpun istrinya masih sering pusing dan muntah-muntah. Ternyata itu akibat dari penyakit ginjal yang dideritanya.
Satu bulan terakhir ini, ternyata penyakit yang diderita istrinya semakin parah..
Yaqin bilang, kalau istrinya harus menjalani rawat inap akibat sakit yang dideritanya. Dia juga menyampaikan bahwa kondisi istrinya semakin kurus, bahkan berat badannya hanya 27 KG. Karena harus cuci darah setiap 2 hari sekali dengan biaya jutaan rupiah untuk sekali cuci darah.
Namun Yaqin tak peduli berapapun biayanya, yang terpenting istrinya bisa sembuh.
Pertengahan bulan Ramadhan, mereka masih di rumah sakit. Karena, selain penyakit ginjal, istrinya juga mengidap kolesterol. Setelah kolesterolnya diobati, Alhamdulillah sembuh. Namun, Ternyata ada masalah dengan paru-parunya. Diobati lagi, Alhamdulillah sembuh.
***
Suatu ketika , Istrinya sempat merasakan ada yang aneh dengan matanya. “Bi, ada apa dengan pandangan Ummi?? Ummi tidak dapat melihat dengan jelas.” Mereka memang saling memanggil dengan “Ummy” dan ” Abi” . sebagai panggilan mesra. “kenapa Mi ?” Yaqin agak panik “Semua terlihat kabur.” Dalam waktu yang hampir bersamaan, darah tinggi juga menghampiri dirinya… Subhanallah, sungguh dia sangat sabar walau banyak penyakit dideritanya…
                                                                                                                                    
Selang beberapa hari, Alhamdulillah istri Yaqin sudah membaik dan diperbolehkan pulang.

Memasuki akhir Ramadhan, tiba-tiba saja istrinya merasakan sakit yang luar biasa di bagian perutnya, sangat sakiiit. Sampai-sampai dia tidak kuat lagi untuk melangkah dan hanya tergeletak di paving depan rumahnya.
***
“Bi, tolong antarkan Ummi ke rumah sakit ya..” pintanya sambil memegang perutnya…
Yaqin mengeluh karena ada tugas kantor yang harus diserahkan esok harinya sesuai deadline. Akhirnya Yaqin mengalah. Tidak tega rasanya melihat penderitaan yang dialami istrinya selama ini.
Sampai di rumah sakit, ternyata dokter mengharuskan untuk rawat inap lagi. Tanpa pikir panjang Yaqin langsung mengiyakan permintaan dokter.
“Bi, Ummi ingin sekali baca Al-Qur’an, tapi penglihatan Ummi masih kabur. Ummi takut hafalan Ummi hilang.”
“Orang sakit itu berat penderitaannya Bi. Disamping menahan sakit, dia juga akan selalu digoda oleh syaitan. Syaitan akan berusaha sekuat tenaga agar orang yang sakit melupakan Allah. Makanya Ummi ingin sekali baca Al-Qur’an agar selalu ingat Allah.
Yaqin menginstal ayat-ayat Al-Qur’an ke dalam sebuah handphone. Dia terharu melihat istrinya senang dan bisa mengulang hafalannya lagi, bahkan sampai tertidur. Dan itu dilakukan setiap hari.
“Bi, tadi malam Ummi mimpi. Ummi duduk disebuah telaga, lalu ada yang memberi Ummi minum. Rasanya enaaak sekali, dan tak pernah Ummi rasakan minuman seenak itu. Sampai sekarangpun, nikmatnya minuman itu masih Ummi rasakan”
“Itu tandanya Ummi akan segera sembuh.” Yaqin menghibur dirinya sendiri, karena terus terang dia sangat takut kehilangan istri yang sangat dicintainya itu.
Yaqin mencoba menghibur istrinya. “Mi… Ummi mau tak belikan baju baru ya?? Mau tak belikan dua atau tiga?? Buat dipakai lebaran.”
“Nggak usah, Bi. Ummi nggak ikut lebaran kok” jawabnya singkat. Yaqin mengira istrinya marah karena sudah hampir lebaran kok baru nawarin baju sekarang.
“Mi, maaf. Bukannya Abi nggak mau belikan baju. Tapi Ummi tahu sendiri kan, dari kemarin-kemarin Abi sibuk merawat Ummi.”
“Ummi nggak marah kok, Bi. Cuma Ummi nggak ikut lebaran. Nggak apa-apa kok Bi.”
”Oh iya Mi, Abi beli obat untuk Ummi dulu ya…??” Setelah cukup lama dalam antrian yang lumayan panjang, tiba-tiba dia ingin menjenguk istrinya yang terbaring sendirian. Langsung dia menuju ruangan istrinya tanpa menghiraukan obat yang sudah dibelinya.

***
Tapi betapa terkejutnya dia ketika kembali . Banyak perawat dan dokter yang mengelilingi istrinya.
“Ada apa dengan istriku??.” tanyanya setengah membentak. “Ini pak, infusnya tidak bisa masuk meskipun sudah saya coba berkali-kali.” jawab perawat yang mengurusnya.
Akhirnya, tidak ada cara lain selain memasukkan infus lewat salah satu kakinya. Alat bantu pernafasanpun langsung dipasang di mulutnya.
Setelah perawat-perawat itu pergi, Yaqin melihat air mata mengalir dari mata istrinya yang terbaring lemah tak berdaya, tanpa terdengar satu patah katapun dari bibirnya.
“Bi, kalau Ummi meninggal, apa Abi akan mendoakan Ummi?” “Pasti Mi… Pasti Abi mendoakan yang terbaik untuk Ummi.” Hatinya seakan berkecamuk. “Doanya yang banyak ya Bi” “Pasti Ummi” “Jaga dan rawat anak kita dengan baik.”
Tiba-tiba tubuh istrinya mulai lemah, semakin lama semakin lemah. Yaqin membisikkan sesuatu di telinganya, membimbing istrinya menyebut nama Allah. Lalu dia lihat kaki istrinya bergerak lemah, lalu berhenti. Lalu perut istrinya bergerak, lalu berhenti. Kemudian dadanya bergerak, lalu berhenti. Lehernya bergerak, lalu berhenti. Kemudian matanya…. Dia peluk tubuh istrinya, dia mencoba untuk tetap tegar. Tapi beberapa menit kemudian air matanya tak mampu ia bendung lagi…
Setelah itu, Yaqin langsung menyerahkan semua urusan jenazah istrinya ke perawat. Karena dia sibuk mengurus administrasi dan ambulan. Waktu itu dia hanya sendiri, kedua orang tuanya pulang karena sudah beberapa hari meninggalkan cucunya di rumah. Setelah semuanya selesai, dia kembali ke kamar menemui perawat yang mengurus jenazah istrinya.
“Pak, ini jenazah baik.” kata perawat itu. Dengan penasaran dia balik bertanya. “Dari mana ibu tahu???” “Tadi kami semua bingung siapa yang memakai minyak wangi di ruangan ini?? Setelah kami cari-cari ternyata bau wangi itu berasal dari jenazah istri bapak ini.” “Subhanalloh…”
Tahukah sahabatku,… Apa yang dialami oleh istri Yaqin saat itu? Tahukah sahabatku, dengan siapa ia berhadapan? Kejadian ini mengingatkan pada suatu hadits
“Sesungguhnya bila seorang yang beriman hendak meninggal dunia dan memasuki kehidupan akhirat, ia didatangi oleh segerombol malaikat dari langit. Wajah mereka putih bercahaya bak matahari. Mereka membawa kain kafan dan wewangian dari surga. Selanjutnya mereka akan duduk sejauh mata memandang dari orang tersebut. Pada saat itulah Malaikat Maut ‘alaihissalam menghampirinya dan duduk didekat kepalanya. Setibanya Malaikat Maut, ia segera berkata: “Wahai jiwa yang baik, bergegas keluarlah dari ragamu menuju kepada ampunan dan keridhaan Allah”. Segera ruh orang mukmin itu keluar dengan begitu mudah dengan mengalir bagaikan air yang mengalir dari mulut guci. Begitu ruhnya telah keluar, segera Malaikat maut menyambutnya. Dan bila ruhnya telah berada di tangan Malaikat Maut, para malaikat yang telah terlebih dahulu duduk sejauh mata memandang tidak membiarkanya sekejap pun berada di tangan Malaikat Maut. Para malaikat segera mengambil ruh orang mukmin itu dan membungkusnya dengan kain kafan dan wewangian yang telah mereka bawa dari surga. Dari wewangian ini akan tercium semerbak bau harum, bagaikan bau minyak misik yang paling harum yang belum pernah ada di dunia. Selanjutnya para malaikat akan membawa ruhnya itu naik ke langit. Tidaklah para malaikat itu melintasi segerombolan malaikat lainnya, melainkan mereka akan bertanya: “Ruh siapakah ini, begitu harum.” Malaikat pembawa ruh itupun menjawab: Ini adalah arwah Fulan bin Fulan (disebut dengan namanya yang terbaik yang dahulu semasa hidup di dunia ia pernah dipanggil dengannya).” (HR Imam Ahmad, dan Ibnu Majah).
***
“Sungguh sangat singkat kebersamaan kami di dunia ini , akan tetapi sangat banyak bekal yang dia bawa pulang. Biarlah dia bahagia di sana” Air matapun tak terasa mengalir deras dari pipi Yaqin.

Subhanallah…

Rabu, 28 Desember 2011

JIKA 1 JANUARI TIBA

Jawaban terhadap suatu pertanyaan tentu tergantung siapa yang menjawab...
Kalau orang Islam sekuler atau yang tak paham syariat ditanya
''Bolehkah atau tidak umat Islam ikut merayakan tahun baru 1 Januar.. hari Valentine.. dan semacamnya..sebagaimana kaum Kristiani merayakannya..?''
Jawabannya mungkin..
''Mengapa tak boleh..? Sepanjang tak merugikan siapa pun dan pihak mana pun.. merayakan ritual 1 Januari dan semacamnya malah baik.''

Kalau kita bertanya bukan kepada orang yang tepat.. jangan salahkan si penjawab, kalau jawabannya ngawur dan tidak argumentatif..
Jawaban yang tidak argumentatif dan tidak berbobot mungkin tak perlu diperhatikan.. Agar jawaban argumentatif..pertanyaan sebaiknya kita tujukan hanya kepada ulama-ulama kita yang ilmu mereka sudah diyakini.. yang menguasai syariat,..yang kalau menjawab pertanyaan.. mereka bertanggung jawab dan tidak sembarang jawab..

Kalau pertanyaan di atas ditujukan kepada ulama ahlus sunnah wal jama'ah, yang mendasarkan jawaban pada Alquran dan as-sunah serta tidak berani memberikan jawaban yang menyesatkan. Maka, jawaban mereka tegas, yaitu: ''Tidak boleh.'' Tetapi, jawaban tegas tersebut tidak akan diterima semua umat Islam. Tak sedikit yang justru menolak. Bahkan, tidak saja menolak, tetapi ada juga yang justru ikut merayakan tahun baru 1 Januari sebagaimana dirayakan kaum Kristiani secara global internasional.

Bahkan, pada malam tahun baru, ada kawula muda yang beragama Islam ikut-ikutan bersama kawula muda Kristiani berhura-hura melakukan berbagai 'kegiatan' yang sebagian bersifat destruktif. Ironisnya, remaja yang beragama Islam itu terkesan tak merasa berdosa. Terutama, yang sebelumnya sangat akrab dengan kawula muda Kristiani itu.

Remaja Muslim yang tauhidnya telah mantap dan akidahnya sudah mendalam, akan merasa berdosa bergabung dengan Kristiani, apalagi dalam perayaan dan ritual semacam hari Natal, tahun baru, Valentine, dan seterusnya. Tetapi, keluarga Muslim yang sekuler mungkin tak peduli dan tak mencemaskan putra putri mereka sengaja melibatkan diri dalam perayaan Natal, tahun baru, dan lainnya. Juga, remaja dari keluarga yang tidak mengenal syariat dan tak pernah dididik tentang akidah Islamiyah, mungkin tidak merasa risih dan tak merasa berdosa akrab dengan remaja Kristiani, ketika ikut merayakan tahun baru.

Rasul Allah dalam hal ini mengingatkan bahwa pada saatnya nanti, sejengkal demi sejengkal, umat Islam akan mengikuti budaya Nasrani. Bahkan, andainya Nasrani memasuki lubang biawak, umat Islam juga ikut. Diakui atau tidak, sinyalir Nabi itu kini mulai terlihat satu per satu.

Di sini, intervensi setan tak boleh dilupakan. Dengan segala cara, setan iblis berupaya agar remaja Muslim ikut hanyut terlibat dalam pesta merayakan tahun baru itu. Di sinilah, antara lain letak urgensi iman. Kalau seorang remaja tidak beriman, walaupun dirinya dilarang ikut merayakan Natal dan tahun baru, bisa jadi ia akan nekad tetap ikut melibatkan diri. Sebaliknya, kalau ia beriman, diajak dan disuruh pun, ia tetap takkan sudi. Artinya, peran iman yang menentukan dalam hal ini. Kalau kedua orang tua seorang remaja memang saleh dan selalu mendoakan anaknya, biasanya sang anak remaja tersebut tidak akan ikut dalam kegiatan ritual itu. Remaja yang melibatkan diri dalam hura-hura pesta pada hari Natal dan tahun baru, pada umumnya orang tua mereka tak beriman dan kurang perduli serta tak mau mendakwahi anak sendiri.

Bahkan, mungkin tak pernah shalat seumur hidup. Dalam hal ini, sangat aib sekali kalau seseorang sangat bersemangat menceramahi masyarakat dan berkhotbah di berbagai masjid, tetapi tidak mendidik anak sendiri sehingga sang anak terlibat dalam ritual Natal dan tahun baru. Berdasarkan dalil-dalil dari Alquran dan as-sunah, para pendahulu umat ( salafus saleh seperti para sahabat Nabi) sepakat menyatakan bahwa hari raya dalam Islam hanya ada dua, Idul Fitri dan Idul Adha.

Selainnya, tidak hanya sekadar tidak syari'i, tetapi umat Islam tak boleh ikut merayakannya, mengakuinya, menampakkan kegembiraan karenanya, dan membantu penyelenggaraannya. Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dalam konteks ini bersabda: ''Barang siapa menyerupai satu kaum maka dia termasuk mereka.'' (HR Abu Dawud dari Abdullah bin Umar) Hari Natal dan tahun baru termasuk di antara jenis perayaan yang dimaksudkan di atas, sebab termasuk di antara perayaan Nasrani.

Maka, tidak halal bagi seorang Muslim yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, menyetujuinya atau mengucapkan selamat terhadapnya. Sebaliknya, wajib atas setiap Muslim menjauhinya, sebagai wujud menjawab panggilan Allah SWT dan Rasul-Nya Shallallahu Alaihi Wasallam, dan menjauhkan diri dari berbagai sebab yang mendatangkan kemurkaan Allah SWT dan siksaan-Nya. Juga, diharamkan atas seorang Muslim membantu perayaan tersebut dengan cara apa pun, baik berupa pemberian hadiah, makanan, minuman, menjual, membeli, membuat, saling berkirim surat, dan seterusnya.

Sebab, itu semua termasuk dalam sikap saling menolong di atas dosa dan permusuhan, serta kemaksiatan kepada Allah dan rasul-Nya. Allah SWT dalam hal ini berfirman: ''Dan saling bertolong-tolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS Almaidah: 2)