blog


glitter-graphics.com [url=http://www.glitter-graphics.com][img]http://dl3.glitter-graphics.net/pub/1238/1238563s6wfel4lo6.gif[/img][/url]

Kamis, 24 November 2011

♥ Kasih Sayang Allah Kepada Wanita Shalihah ♥


bismillahirrahmanirrahim..
.

Ini adalah kisah seorang wanita shalihah yang sangat takwa kepada Allah. Ia amat gemar berbuat kebajikan, tidak putus-putus mengingat Allah, tidak sudi keluar dari mulutnya kata-kata yang tak pantas. Bila disebut api neraka, ia lantas ketakutan luar biasa dan sangat cemas hatinya, ia angkat tangannya seraya memohon dengan penuh ketundukan agar terhindar darinya. Dan bila disebut surga, ia demikian bernafsu karena sangat menginginkannya, ia ulurkan kedua tangannya seraya berdoa dan bermunajat kepada Allah agar menjadikan dirinya termasuk penghuninya. Ia mencintai manusia dan mereka pun mencintainya. Ia begitu senang berada di tengah mereka, demikian pula dengan mereka terhadapnya.


Suatu ketika, tiba-tiba ia merasakan sakit yang luar biasa di pahanya, lalu ia cepat-cepat mengambil minyak, mengolesi dan mengurutnya. Ia juga mengompresnya dengan air hangat namun rasa sakit itu malah semakin bertambah.

Setelah pergi ke sana kemari untuk berobat di banyak rumah sakit dan berdasarkan petunjuk beberapa orang dokter, ia bersama suaminya akhirnya pergi ke London. Di sana, di sebuah rumah sakit megah, setelah dilakukan diagonosa secara detil, tim dokter menyimpulkan bahwa di dalam darah wanita shalihah ini terdapat pembusukan. Mereka lalu mencari sumbernya dan ternyata sumber rasa sakit itu ada di bagian paha. Para dokter pun memutuskan, wanita ini positif menderita kanker di pahanya. Itulah yang menjadi sumber rasa sakit dan pembusukan. Akhirnya, tim dokter itu memutuskan perlunya segera memotong (mengamputasi) salah satu kaki wanita ini dari bagian atas paha agar virusnya tidak menyebar.

Di dalam sebuah kamar operasi, wanita ini pasrah dan menyerahkan semua urusan kepada qadla dan takdir Allah semata sementara lisannya tiada putus-putusnya berdzikir kepada-Nya, dengan penuh ketulusan meminta perlindunganNya dan berserah diri.

Akhirnya, tim dokter berkumpul dan siap melakukan operasi amputasi yang tergolong berat. Pisau sudah ditancapkan di alat pemotongnya dan si wanita itu pun didekatkan. Daerah yang akan diamputasi pun sudah diukur sedemikian teliti. Dan di tengah rasa takut yang menghantui dan kengerian yang mencekam, aliran listerik pun dihidupkan. Lalu… baru saja alat pemotong bergerak, tiba-tiba terdengar suara patahnya pisau. Semua tercengang melihat kejadian yang baru pertama kali ini. Operasi pun terpaksa diulang lagi dengan meletakkan pisau baru namun kejadian serupa kembali terjadi, hingga terulang tiga kali. Kejadian yang aneh dalam sejarah ‘amputasi’ ini meninggalkan tanda tanya dan kebingungan dari wajah-wajah para dokter tersebut yang saling pandang satu sama lain. Kepala tim dokter pun mengajak rekan-rekannya berbincang sebentar di sisi pasien untuk berurun rembug. Kemudian mereka memutuskan untuk melakukan operasi bedah terhadap paha yang semula akan diamputasi. Tetapi belum lagi menyentuh sasaran, mereka kembali dibuat tercengang. Dengan mata kepada sendiri, mereka melihat tiba-tiba mendapati sebuah kapas yang membusuk dalam bentuk yang tidak indah dan kurang sedap baunya. Setelah melakukan pekerjaan ringan, tim dokter pun membersihkan daerah pembusukan itu dan mem-vakum-nya. Tak berapa lama, wanita itu berteriak keras. Dan, setelah itu rasa sakit yang ia alami hilang sama sekali dan tidak ia rasakan lagi keluhan apa-apa.

Setelah tersadar, wanita ahli ibadah itu menengok ke arah kakinya yang ternyata tidak diapa-apakan dan mendapati suaminya tengah berbincang dengan tim dokter yang masih saja tampak ketercengangan menghiasi wajah-wajah mereka. Mereka terus bertanya kepada sang suami apakah isterinya sebelum ini pernah melakukan operasi bedah pada pahanya.? Para dokter itu akhirnya tahu bahwa kedua pasangan suami isteri ini pernah mengalami kecelakaan jalan raya beberapa waktu lalu yang menyebabkan sang isteri mengalami luka parah di daerah di mana terjadi pembusukan itu. Maka, secara spontan, para dokter itu berkata serentak, “Sungguh ini merupakan inayah ilahi semata.”

Mengetahui kondisinya yang sudah pulih dan kabut bahaya tidak lagi mengancam dirinya, betapa gembiranya wanita yang shalihah itu. Ia semula membayangkan bakal berjalan dengan hanya sebuah kaki tetapi rupanya hal itu tidak terjadi. Ia pun tidak henti-hentinya mengucapkan puja dan puji syukur ke hadirat Allah di mana ia merasakan betapa dekatnya Dia dengan dirinya dan betapa besar belas kasih dan rahmat-Nya.

(SUMBER: asy-Syifa’ Ba’da al-Maradl karya Ibrahim bin ‘Abdullah al-Hazimy, hal.27-29)

Selasa, 22 November 2011

Dialog Dengan Jin Yang Masuk ke Tubuh Manusia




Segala puji bagi Allah I, shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah Y, keluarga, para sahabat dan yang mengikuti petunjuknya.
Adapun sesudah itu:
Sebagian media cetak lokal dan yang lain telah mempublikasikan (pada bulan Sya'ban 1407 H.) beberapa cerita pendek dan panjang tentang pernyataan seorang jin masuk Islam di sisiku –yang telah merasuki seorang muslimah di Riyadh-, setelah ia menyatakan hal itu di hadapan saudara Abdullah bin Musyrif al-'Umari yang tinggal di Riyadh, setelah ia membaca (ruqyah) kepada yang sakit, berdialog dengan jin tersebut, mengingatkannya kepada Allah I, menasihatinya, dan mengabarkan kepadanya bahwa perbuatan zalim adalah haram dan merupakan dosa besar, serta mengajaknya agar keluar dari wanita itu.

Akhirnya jin itu menerima dakwah tersebut dan menyatakan keislamannya di hadapan Abdullah al-Umari tersebut. Kemudian dia dan wali dari perempuan yang sakit ingin datang kepadaku dengan wanita itu hingga aku mendengar pernyataan masuk islam dari jin tersebut, lalu mereka datang kepadaku.

Aku bertanya kepadanya tentang penyebab ia masuk ke dalam tubuh wanita itu, ia pun mengabarkan kepadaku sebab musababnya dan bertutur lewat lisan wanita itu. Namun suara lelaki, bukan suara perempuan. Wanita itu duduk di kursi yang ada di sampingku, saudaranya laki-laki dan perempuan, dan Abdullah al-Umari, serta sebagian syaikh yang turut menyaksikan hal itu dan mendengarkan ucapan jin tersebut. Dia telah menyatakan keislamannya secara tegas, dan mengabarkan bahwa ia berasal dari India beragama Budha.
Lalu aku menasihatinya, berwasiat kepadanya agar bertaqwa kepada Allah Y, meminta dia keluar dari wanita ini, menjauhkan diri dari kezalimannya, lalu ia menerima permintaanku tersebut dan berkata: 'Aku menerima Islam.' Aku pun berpesan kepadanya agar berdakwah kepada kaumnya untuk masuk Islam setelah Allah Y memberi petunjuk kepadanya, lalu ia berjanji dengan baik dan meninggalkan perempuan itu. Dan ucapan terakhirnya adalah assalamu 'alaikum. Kemudian wanita itu berbicara dengan lisannya yang biasa dan merasa sehat dan hilang rasa capeknya.

Kemudian wanita itu datang lagi kepadaku setelah berlalu satu bulan atau lebih bersama dua saudaranya, pamannya (saudara ibunya) dan saudarinya, dan menceritakan kepadaku bahwa ia sudah sehat dan baik, dan sesungguhnya jin itu tidak pernah datang lagi kepadanya. Aku bertanya kepadanya tentang perasaannya saat jin itu ada di dalam tubuhnya, ia menjawab: bahwa ia merasakan fikiran buruk yang menyalahi syara', merasa cenderung kepada agama Budha dan ingin mempelajari buku-bukunya. Kemudian, setelah Allah Y menyelamatkannya darinya, sirnalah semua fikiran yang menyimpang tersebut.          Sampai berita kepadaku tentang Syaikh ath-Thanthawi, bahwa ia mengingkari terjadinya peristiwa seperti ini dan menyebutkan bahwa itu adalah bohong dan bisa saja pembicaraan itu adalah rekaman bersama wanita itu dan ia tidak bertutur dengan hal itu. Aku (Syaikh Bin Baz) meminta kaset rekaman ucapannya (syaikh Thanthawi) dan aku sudah mengetahui apa yang dia sebutkan. Aku merasa sangat heran tentang pernyataannya bahwa itu mungkin adalah rekaman, padahal aku telah bertanya kepada jin itu beberapa pertanyaan dan ia menjawabnya.

Bagaimana mungkin orang berakal mengira bahwa kaset bisa bertanya dan menjawab? Ini adalah kesalahan terburuk dan memungkinkan yang batil. Dan ia mengira pula bahwa jin masuk islam lewat tangan manusia menyalahi firman Allah Y dalam cerita nabi Sulaiman u.

…Dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha pemberi". (QS. Shaad:35)

Tidak disangsikan bahwa ini adalah kesalahannya juga –semoga Allah Y memberi petunjuk kepadanya- dan karena pemahaman yang batil. Jin masuk Islam lewat tangan manusia sama sekali tidak bertentangan dengan doa Nabi Sulaiman u, banyak sekali bangsa jin yang masuk Islam lewat tangan Nabi e.
Allah Y telah menegaskan hal itu dalam surah al-Ahqaf dan surah al-Jinn. Disebutkan dalam Shahihain, dari hadits Abu Hurairah t, dari Nabi e, beliau bersabda:

قال رسول الله e:  (( إِنَّ الشَّيْطَانَ عَرَضَ لِى فَشَدَّ عَلَيَّ لِيَقْطَعَ الصَّلاَةَ عَليَّ فَأَمْكَنَنِيَ اللهُ مِنْهُ فَذَعَتُّهُ وَلَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ أُوْثِقَهُ إِلَى سَارِيَةٍ حَتَّى تُصْبِحُوْا فَتَنْظُرُوْا إِلَيْهِ فَذَكَرْتُ قَوْلَ سُلَيْمَانَ  uرَبِّ هَبْ لِي مُلْكًا لاَيَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي فَرَدَّهُ اللهُ خَاسِئًا ))  ( رواه البخاري )

"Sesungguhnya syetan datang kepadaku, ia menyusahkan aku untuk memutuskan shalatku. Lalu Allah Y memberikan kemampuan kepadaku (untuk menangkapnya) maka aku mencekiknya. Sungguh aku berniat untuk mengikatnya di tiang (masjid) hingga pagi hari kamu bisa melihatnya, namun aku teringat ucapan nabi Sulaiman u: 'Ya Rabb, berilah kepadaku kerajaan yang tidak pantas bagi seseorang sesudahku,' maka Allah Ta'ala mengembalikannya dalam kondisi rugi.[1] Ini lafazh hadits al-Bukhari.

Dan lafazh Muslim[2]: "Sesungguhnya ifrit dari bangsa jin menyerangku tadi malam untuk memutuskan shalatku, dan Allah Y memberi kemampuan kepadaku (untuk menangkapnya) lalu aku mencekiknya. Sungguh aku berencana mengikatnya di samping salah satu tiang masjid hingga pagi hari supaya kamu semua bisa melihatnya, kemudian aku teringat perkataan saudaraku nabi Sulaiman u: :"Ya Rabbku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha pemberi". Lalu Allah Y mengembalikannya dalam kondisi merugi.'

An-Nasa`i meriwayatkan atas syarat (perawi) al-Bukhari, dari Aisyah radhiyallahu 'anha: 'Sesungguhnya Nabi e shalat, lalu syetan datang, maka beliau memegangnya, menjatuhkannya, lalu mencekiknya. Rasulullah e bersabda:

(( حَتَّى وَجَدْتُ بَرْدَ لِسَانِهِ عَلَى يَدِي, لَوْلاَ دَعْوَةُ سُلَيْمَانَ لَأَصْبَحَ مُوْثَقًا حَتَّى يَرَاهُ النَّاسُ ))

'Hingga aku merasakan dingin lisannya di atas tanganku. Kalau bukan karena doa nabi Sulaiman u niscaya ia tetap diikat hingga orang-orang melihatnya.'[3] Dan diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud dari hadits Abu Sa'id t, dan padanya: 'Aku menurunkan tanganku, aku tetap mencekiknya hingga aku merasakan dingin air liurnya di antara dua jemariku ini yaitu jempol/ibu jari dan yang di sampingnya (telunjuk).'

Al-Bukhari meriwayatkan secara mu'allaq (tanpa menyebutkan sanad, pent.) yang majzum (bentuk lilfa`il, pent.), dari Abu Hurairah t, ia berkata: 'Rasulullah e menugaskan aku menjaga harta zakat Ramadhan. Datang kepadaku seseorang, lalu ia mengambil makanan, aku pun menangkapnya dan berkata: 'Demi Allah, aku akan membawa engkau kepada Rasulullah e.' Ia berkata, 'Sesungguhnya aku adalah orang yang membutuhkan dan aku mempunyai tanggungan keluarga, aku sangat membutuhkan.' Ia (Abu Hurairah t) berkata: 'Aku pun melepaskannya, lalu di pagi hari Rasulullah e bersabda: 'Wahai Abu Hurairah, apakah yang dilakukan oleh tawananmu tadi malam?
Ia berkata: 'Aku berkata: 'Wahai Rasulullah, ia mengeluhkan kebutuhan mendesak dan keluarga, maka aku mengasihaninya dan melepasnya.' Ia (Nabi e) berkata: 'Ketahuilah, ia berdusta kepadamu dan ia akan kembali.' Aku pun mengetahui bahwa ia akan kembali berdasarkan sabda Rasulullah e bahwa ia akan kembali. Lalu aku mengintainya, ia pun datang mengambil makanan, lalu aku menangkapnya dan kukatakan: 'Aku akan membawa engkau kepada Rasulullah e.' Ia berkata: 'Biarkanlah saya, sungguh aku sangat membutuhkan dan aku mempunyai tanggungan keluarga, aku tidak akan kembali.' Maka aku pun mengasihaninya lalu melepaskannya.  Di pagi hari, Rasulullah e bersabda kepadaku: 'Wahai Abu Hurairah, apakah yang dilakukan tawananmu?
Aku berkata: 'Ya Rasulullah, ia mengeluhkan kebutuhan yang sangat dan tanggungan keluarga, lalu aku mengasihaninya dan melepasnya.' Beliau e bersabda: 'Ketahuilah, ia telah berdusta kepadamu dan akan kembali.' Maka aku mengintainya yang ketiga kali. Lalu ia datang mengambil makanan, aku pun menangkapnya seraya berkata: 'Sungguh aku akan membawa engkau kepada Rasulullah e, dan ini adalah yang ketiga kalinya engkau mengaku tidak akan kembali kemudian kembali.' Ia berkata: 'Biarkanlah aku, niscaya aku mengajarkan kepada engkau beberapa kalimat yang Allah Y memberi manfaat kepadamu dengannya.' Aku bertanya: 'Apakah gerangan?' Ia berkata, "Apabila engkau kembali ke tempat tidurmu, bacalah Ayat Kursi:

(( اللهُ لآَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ))

Allah tidak ada Ilah melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); (QS. al-Baqarah:255)

hingga akhir ayat. Maka sesungguhnya engkau senantiasa dalam pemeliharaan Allah Y dan syetan tidak bisa mendekatimu hingga pagi.' Aku pun melepasnya, lalu di pagi hari Rasulullah e bersabda: 'Apakah yang dilakukan tawananmu tadi malam? Aku berkata: 'Ya Rasulullah, ia mengaku mengajarkan kepadaku beberapa kalimat yang Allah Y memberi manfaat kepadaku dengannya, lalu aku melepasnya.' Beliau bertanya, 'Apakah itu?' Aku berkata: 'Ia berkata kepadaku: 'Apabila engkau kembali ke tempat tidurmu maka bacalah Ayat Kursi dari awal hingga akhir ayat:  اللهُ لآَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ  dan ia berkata kepadaku: 'Maka sesungguhnya engkau senantiasa dalam pemeliharaan Allah Y dan syetan tidak bisa mendekatimu hingga pagi' –mereka orang yang paling bersemangat terhadap kebaikan- Nabi e bersabda:

'Ketahuilah, sesungguhnya ia benar kepadamu, padahal ia sangat pendusta. Tahukah engkau siapakah yang berbicara denganmu selama tiga malam, wahai Abu Hurairah?' Ia menjawab: 'Tidak.' Beliau bersabda: 'Itu adalah syetan."[4]

Nabi e mengabarkan dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, dari Shafiyah radhiyallahu 'anha, bahwa nabi e bersabda:

(( إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنِ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ ))

'Sesungguhnya syetan mengalir dari tubuh anak cucu Adam seperti aliran darah."[5]
Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnad dengan isnad yang shahih: sesungguhnya Utsman bin Abil 'Ash t berkata, "Ya Rasulullah, syetan menghalangi di antara aku dan shalat dan bacaanku.' Beliau bersabda:

'Itu adalah syetan yang bernama Khinzab, apabila engkau merasakannya maka berlindungkan kepada Allah Y darinya dan meludahlah di sebelah kirimu sebanyak tiga kali."

Ia berkata, 'Aku pun melakukan hal itu maka Allah Y menghilangkannya dariku."[6] Sebagaimana disebutkan dalam hadits yang shahih dari Nabi e: Bahwa setiap manusia ada qarin (yang menyertai) dari malaikat dan dari syetan hingga Nabi e, namun Allah Y menolong beliau atasnya hingga ia masuk Islam, maka  ia tidak menyuruhnya kecuali kepada kebaikan.'[7]

Kitabullah, sunnah Rasul-Nya, dan ijma umat menunjukkan bahwa jin bisa masuk ke dalam tubuh manusia dan merasuknya. Bagaimana mungkin orang yang mempunyai ilmu mengingkari hal itu tanpa berdasarkan ilmu dan petunjuk, namun bertaqlid kepada sebagian ahli bid'ah yang menyalahi Ahlussunnah wal Jama'ah? Hanya kepada Allah Y kita memohon pertolongan dan tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah Y. Saya menyebutkan kepadamu, wahai pembaca beberapa ucapan ulama dalam hal itu insya Allah Y:

Keterangan para ulama tafsir dalam firman Allah Y:

قال الله تعالى : ﴿  الَّذِينَ يَأْكُلوُنَ الرِّبَا لاَ يَقُومُونَ إِلاَّ كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ﴾  (ص: 35)

Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. (QS. al-Baqarah:275)

Abu Ja'far bin Jarir ath-Thabari rahimahullah berkata dalam tafsir firman Allah :

﴿  الَّذِينَ يَأْكُلوُنَ الرِّبَا لاَ يَقُومُونَ إِلاَّ كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ﴾  (ص: 35)

Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. (QS. al-Baqarah:275)

Yang berbunyi: maksudnya adalah bahwa ia dirasuki oleh syetan di dunia lalu menyakitinya (مِنَ الْمَسِّ) maksudnya lantaran gila.

Al-Baghawi rahimahullah berkata dalam menafsirkan ayat di atas yang berbunyi: ﴿  الَّذِينَ يَأْكُلوُنَ الرِّبَا لاَ يَقُومُونَ إِلاَّ كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ﴾  (ص: 35)

Maksudnya: gila. Dikatakan: mussar rajulu fahuwa mamsus: apabila gila.

Ibnu Katsir rahimahullah berkata dalam tafsir ayat di atas yang berbunyi:

﴿  الَّذِينَ يَأْكُلوُنَ الرِّبَا لاَ يَقُومُونَ إِلاَّ كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ﴾  (ص: 35)

Artinya mereka tidak bangkit dari kubur mereka di hari kiamat kecuali seperti bangunnya orang yang kerasukan saat dirasuki dan pengaruh syetan baginya. Ibnu Abbas t berkata: 'Orang yang memakan riba dibangkitkan pada hari kiamat dalam kondisi gila yang tercekik.' Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim. Ia berkata: dan diriwayatkan dari 'Auf bin Malik, Sa'id bin Jubair, as-Suddi, ar-Rabi' bin Anas, Qatadah, Maqatil bin Hayyan semisal yang demikian itu.' Hingga di sini yang dimaksud dari ucapannya.
Al-Qurthubi rahimahullah berkata dalam tafsirnya atas firman Allah Y:

﴿  الَّذِينَ يَأْكُلوُنَ الرِّبَا لاَ يَقُومُونَ إِلاَّ كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ﴾  (ص: 35)

di dalam ayat ini merupakan dalil rusaknya pemahaman orang yang mengingkari kerasukan jin, dan mengira bahwa hal itu suatu yang alami, dan sesungguhnya syetan tidak bisa memasuki manusia dan tidak ada yang gila karena jin.

Penjelasan para ahli tafsir dalam pengertian ini sangat banyak. Siapa yang menghendakinya ia pasti mendapatkannya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata dalam kitabnya (Idhahu dalalati fi 'umumir risalati litstsaqalain) yang terdapat dalam Majmu' Fatawa jilid 19 hal. 9-65 yang bunyinya setelah pembicaraan sebelumnya: 'Karena inilah, segolongan dari Mu'tazilah seperti al-Jubbai, Abu Bakar ar-Razi, dan selain keduanya mengingkari masuknya jin di tubuh orang yang kerasukan dan mereka tidak mengingkari adanya jin, karena fenomena ini tidak ada yang diriwayatkan dari Rasulullah e, sekalipun mereka salah dalam hal itu. Karena inilah al-Asy'ari rahimahullah menyebutkan dalam 'Maqalat Ahlussunnah wal Jama'ah' bahwa mereka (Ahlussunnah) mengatakan bahwa jin bisa masuk di tubuh orang yang kerasukan, sebagaimana firman Allah Y:

﴿  الَّذِينَ يَأْكُلوُنَ الرِّبَا لاَ يَقُومُونَ إِلاَّ كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ﴾  (ص: 35)

Abdullah bin Ahmad bin Hanbal berkata: 'Aku berkata kepada bapakku: 'Sesungguhnya suatu kaum mengira bahwa jin tidak bisa masuk di tubuh manusia.' Ia berkata: 'Wahai anakku, mereka berdusta, ini berbicara atas lisannya.' Ini diuraikan di tempatnya.

Dan ia (Ibnu Taimiyah) berkata pula pada jilid 24 dari al-Fatawa hal. 276 -277 yang berbunyi: 'Adanya jin tertera dalam Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya serta kesepakatan ulama salaf dan para pemimpinya. Demikian pula masuknya jin di tubuh manusia sudah merupakan kesepakatan para pemimpin Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Firman Allah Y:

﴿  الَّذِينَ يَأْكُلوُنَ الرِّبَا لاَ يَقُومُونَ إِلاَّ كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ﴾  (ص: 35)

Dan dalam hadits Shahih dari Nabi e:

)) إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنِ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ((

'Sesungguhnya syetan mengalir dari tubuh anak cucu Adam seperti aliran darah."[8]

Abdullah bin Ahmad bin Hanbal berkata: 'Aku berkata kepada bapakku: 'Sesungguhnya suatu kaum mengira bahwa jin tidak bisa masuk di tubuh manusia.' Ia berkata: 'Wahai anakku, mereka berdusta, ini berbicara atas lisannya.' Yang diucapkannya ini sangat masyhur. Sesungguhnya seorang lelaki kerasukan, lalu ia berbicara dengan lisan (bahasa) yang tidak bisa dipahami maknanya. Ia memukul badannya dengan pukulan kuat yang jika dipukulkan kepada unta tentu memberi bekas yang besar. Sedangkan yang kerasukan tidak merasakan pukulan dan tidak tahu dengan ucapan yang dikatakannya. Terkadang yang kerasukan menarik yang tidak kerasukan, menarik tikar yang dia duduk di atasnya, memindahkan perkakas dari satu tempat ke tempat lain. Dan terjadi selain yang demikian itu berupa perkara yang siapa pun yang menyaksikannya meyakini secara pasti bahwa yang berbicara lewat lisan manusia dan yang menggerakkan tubuh ini adalah makhluk lain yang bukan manusia.

Tidak ada pemimpin Islam yang mengingkari masuknya jin ke dalam tubuh manusia, barangsiapa yang mengingkari hal itu dan mengaku bahwa syari'at mendustakan hal itu berarti ia telah berdusta kepada syara' dan tidak ada dalil syara' yang menafikan hal itu.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata dalam kitabnya (Zadul Ma'ad fi Hadyi Khairil 'Ibad) Juz 4 hal. 66,69 yang berbunyi: Shar' (kerasukan) itu ada dua: shar' dari ruh jahat dan shar' dari campuran yang buruk, dan yang kedua itulah yang dibicarakan oleh para dokter tentang sebab dan pengobatannya.
Adapun shar' para ruh: para pemimpin dan orang-orang yang berakal mengakuinya dan tidak menolaknya, serta mengakui bahwa pengobatannya adalah dengan menghadapkan ruh-ruh mulia yang baik serta tinggi untuk ruh-ruh jahat yang buruk itu. Maka ia menolak pengaruhnya, menghalangi perbuatannya. Ia telah menegaskan hal itu di sebagian kitab-kitabnya, lalu menyebutkan sebagian pengobatan shar'. Dan ia berkata: Ini hanya bermanfaat dari shar' yang penyebabnya adalah akhlath (campuran) dan materi. Adapun shar' yang berasal dari ruh, maka pengobatan ini tidak bermanfaat.

Adapun para dokter yang bodoh ... mereka mengingkari shar' (kerasukan) dari ruh. Tidak mengakui bahwa ia bisa memberi pengaruh di badan orang yang kerasukan, dan tidak ada bersama mereka kecuali kebodohan. Dan jika tidak, maka tidak ada dalam industri kedokteran yang menolak yang hal, perasaan dan realita membuktikan hal itu.

Sampai ia berkata: datanglah para dokter yang zindiq, mereka tidak menetapkan selain shar' akhlath (campuran) saja. Dan barangsiapa yang mempunyai akal dan pengetahuan dengan ruh ini dan pengaruh-pengaruhnya tentu tertawa karena kebodohan dan kelemahan akal mereka.

Mengobati hal ini dengan dua perkara: dari sisi orang yang kerasukan dan dari sisi orang yang mengobati. Maka dari sisi yang kerasukan adalah dengan kekuatan jiwa dan kebenaran menghadapnya kepada Yang Menciptakan ruh-ruh ini (Allah Y), serta memohon perlindungan yang benar yang sesuai hati dan lisannya.

Sesungguhnya hal ini termasuk jenis muharabah (pertarungan), dan petarung tidak bisa menang terhadap musuhnya kecuali dengan dua perkara: bahwa senjatanya cocok pada dirinya secara baik, dan penggelangan tangan harus kuat. Apabila kurang salah satunya, niscaya senjata itu tidak banyak berguna. Lalu bagaimana bila keduanya tidak ada, yaitu hati kosong dari tauhid, tawakkal, taqwa dan menghadap serta tidak mempunyai senjata.

Kedua, dari sisi yang mengobati: bahwa ia juga harus mempunyai dua perkara. Hingga sebagian orang yang mengobati cukup dengan ucapannya: keluarlah darinya, atau ia membaca (bismillah), atau membaca (laa haula wa laa quwwata illa billah), sedangkan Nabi e membaca:
)) اُخْرُجْ عَدُوَّ اللهِ, أَنَا رَسُوْلُ اللهِ ((
"Keluarlah, wahai musuh Allah, aku adalah Rasulullah."[9]

Aku menyaksikan guru kami mengutus seseorang kepada orang yang kerasukan yang berbicara kepada ruh yang ada di dalamnya dan ia berkata: 'Syaikh berkata kepadamu: 'Keluarlah, sesungguhnya ini tidak boleh baginya.' Maka sadarlah orang yang kerasukan. Terkadang ia berbicara kepada ruh dengan dirinya sendiri. Terkadang ruh itu membangkang, maka ia mengeluarkannya dengan pukulan, maka yang kerasukan tersadar dan tidak merasa sakit. Sungguh kami dan selain kami menyaksikan hal itu beberapa kali darinya, hingga ia berkata: sebagai kesimpulan, jenis shar' ini dan pengobatannya tidak ada yang mengingkarinya kecuali orang yang hanya sedikit mempunyai ilmu, akal, dan makrifah. Kebanyakan orang-orang yang kerasukan ruh jahat (jin) adalah karena sedikit agama, runtuhnya hati dan lidah mereka dari hakikat zikir, perlindungan, benteng kenabian dan iman. Maka ruh jahat (jin) menemui lelaki yang tidak bersenjata, terkadang sedang tidak berpakaian, maka ini memberi pengaruh padanya....hingga di sini maksud ucapannya.

Dari dalil-dalil syar'i yang telah kami sebutkan dan ijma' Ahlussunnah wal Jama'ah atas bisanya jin masuk ke tubuh manusia, jelas lah bagi para pembaca kebatilan pendapat orang yang mengingkari hal itu, dan kesalahan Syaikh Ali ath-Thanthawi dalam mengingkari hal tersebut.
Dia telah berjanji dalam ucapannya akan kembali kepada kebenaran apabila ditunjukkan kepadanya, maka ia harus kembali kepada kebenaran setelah ia membaca yang telah kami sebutkan. Kami memohon petunjuk dan taufik untuk kami dan dia.

Dan dari penjelasan yang telah kami sebutkan, dapat diketahui bahwa yang dikutip oleh 'Shahifah an-Nadwah' yang terbit pada tanggal (14/10/1407 H. Hal. 8) dari dr. Muhammad 'Irfan bahwa kata 'junun/gila' tidak ada di kamus kedokteran, dan ia menyangka bahwa jin masuk di tubuh manusia dan berbicara atas lisannya adalah pemahaman ilmiyah keliru seratus persen (100 %).  Semua pernyataan itu adalah batil, bersumber dari kekurang tahuan ilmu syara' dan yang ditetapkan oleh ahlul ilmi dari Ahlussunnah wal Jama'ah. Apabila hal itu tidak diketahui oleh kebanyakan dokter, bukan berarti merupakan hujjah (dalil, alasan) tidak adanya. Tetapi menunjukan kejahilan mereka yang besar terhadap sesuatu yang sudah diketahui selain mereka dari para ulama yang dikenal jujur, amanah, dan paham terhadap agama. Bahkan ia merupakan ijma' (konsensus) Ahlussunnah wal Jama'ah, seperti yang dikutip oleh Syaikhul Islam dari semua ahlul ilmu, dan dikutip dari Abul Hasan al-Asya'ari bahwa ia mengutip hal itu dari Ahlussunnah wal Jama'ah. Dan dikutip pula dari Abul Hasan oleh 'Allahmah Abu Abdillah Muhammad bin Abdullah asy-Syibli al-Hanafi yang wafat pada tahun 799 H dalam kitabnya (Aakaamul Marjaan fi gharaaibil Akhbar wa ahkaamil jaan) pada bab 51 dari kitab tersebut.

Telah dijelaskan dari ucapan Ibnul Qayyim: bahwa para dokter dan orang-orang yang berakal mengakuinya dan tidak menolaknya. Yang mengingkari hanyalah para dokter yang bodoh dan rendah serta yang zindiq dari mereka. Maka ketahuilah hal itu wahai pembaca dan peganglah kebenaran yang telah kami sebutkan. Janganlah terperdaya dengan kebodohan para dokter dan selain mereka, dan tidak pula dengan orang yang berbicara dalam perkara ini tanpa berdasarkan ilmu dan pengetahuan. Tetapi hanya bertaqlid kepada para dokter yang bodoh dan sebagian ahli bid'ah dari kalangan Mu'tazilah dan selain mereka. Wallahu A'lam.

Perhatian:

Penjelasan yang telah kami sebutkan dari hadits-hadits Rasulullah e dan para ulama menunjukkan bahwa -berbicara kepada jin, menasihatinya, memperingatkannya, mengajaknya masuk Islam, dan ia menerima hal itu- tidak bertentangan dengan pengertian firman Allah Y tentang nabi Sulaiman u bahwa beliau u berkata:
Ia berkata:"Ya Rabbku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha pemberi". (QS. Shaaf:35)
Demikian pula menyuruh dia yang ma'ruf dan melarangnya dari yang mungkar, memukulnya bila tidak mau keluar, semua itu tidak ada kontradiksi dengan ayat di atas. Bahkan hal itu wajib, dari sisi menolak serangan, menolong yang teraniaya, amar ma'ruf dan nahi mungkar, seperti dilakukan bersama manusia. Dan telah disebutkan dalam hadits shahih: bahwa Nabi e mencekik syetan hingga air liurnya mengalir di tangan beliau yang mulia dan beliau e bersabda: 'Kalau bukan karena doa saudaraku Sulaiman u ia tentu tetap terikat hingga manusia bisa melihatnya."[10] Dan dalam riwayat Muslim, dari hadits Abu Darda` t, dari Nabi e, beliau bersabda:

(( إَنَّ عَدُوَّ اللهِ إِبْلِيْسَ جَاءَ بِشِهَابٍ مِنْ نَارٍ لِيَجْعَلَهُ فِى وَجْهِي فَقُلْتُ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنْكَ (ثَلَاثَ مَرَّاتٍ) ثُمَّ قُلْتُ: أَلْعَنُكَ بِلَعْنَةِ اللهِ التَّامَّاتِ فَلَمْ يَسْتَأْخِرْ (ثَلاَثَ مَرَّاتٍ) ثُمَّ أَرَدْتُ أَخْذَهُ واَللهِ لَوْلاَ دَعْوَةُ سُلَيْمَانَ عَلَيْهِ السَّلاَمِ لَأَصْبَحَ مُوْثَقًا يَلْعَبُ بِهِ وِلْدَانُ الْمَدِيْنَة )) ِ.

"Sesungguhnya musuh Allah e, yaitu Iblis datang dengan membawa obor dari api untuk dijadikan di wajahku, maka aku membaca: 'Aku berlindung kepada Allah Y darimu.' (tiga kali). Kemudian aku membaca: 'Aku mengutukmu dengan kutukan Allah Y yang sempurna maka tidak terlambat (tiga kali). Kemudian aku ingin menangkapnya. Demi Allah, jika bukan karena doa saudara kami Sulaiman u niscaya ia tetap terikat yang dijadikan mainan oleh anak-anak Madinah.'[11]

Dan hadits-hadits dalam pengertian ini sangat banyak dan seperti inilah pendapat para ulama.
Saya berharap bahwa yang telah saya sebutkan sudah cukup dan memuaskan pencari kebenaran dan aku memohon kepada Allah Y dan asma`-Nya yang indah dan sifat-Nya yang tinggi agar memberi taufik kepada kita dan semua kaum muslimin untuk memahami agama-Nya dan tetap teguh di atasnya, dan semoga Dia Y memberi karunia kepada kita semua untuk mendapatkan kebenaran dalam ucapan dan perbuatan, dan melindungi kita dan semua kaum muslimin dari ucapan tanpa berdasarkan ilmu dan dari pengingkaran tanpa berdasarkan ilmu.
Sesungguhnya Dia Mengurus hal itu dan Maha Kuasa atasnya. Semoga shalawat dan salam selalu tercurah kepada hamba dan rasul-Nya nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya serta para pengikutnya dengan kebaikan.
Syaikh Bin Baz – dua risalah dalam: masalah jin masuk di tubuh orang yang kerasukan hal 4 dan pengobatan dari sihir hal 26.
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah


[1] Al-Bukhari 1210 dan athrafnya di no. 461. [2] Muslim 541.
[3] Ibnu Hibban 2350, an-Nasa`i dalam al-Kubra 11439, ath-Thabrani dalam al-Ausath 8219.
[4] Dikeluarkan oleh al-Bukhari secara mu'allaq (tanpa sanad) dalam bab wakalah, bab. Apabila mewakilkan seseorang lalu wakil meninggalkan sesuatu, lalu yang memberikan wakalah membolehkannya.
[5] Al-Bukhari 7171 dan Muslim 2175.
[6] Ahmad 4/216 dan Muslim 2203.
[7] Muslim 2814.
[8] Al-Bukhari 7171 dan Muslim 2175.
[9] Ahmad 4/171-172, ath-Thabrani dalam al-Kabir  22/264 (279), al-Hakim (2/617-618 (4232 dan ia berkata: Shahih Isnad dan disepakati oleh adz-Dzahabi. Lihat: Majma' az-Zawa`id 9/6.
[10] Ibnu Hibban, 2350, an-Nasa`i dalam al-Kabir 11439 dan ath-Thabrani dalam al-Ausath 8219.
[11] Muslim 542.

Jin dan Manusia Bisa Saling Menyakiti dan Membunuh, Sengaja atau Tidak


Pertanyaan: Apakah hadits berikut ini tidak bisa menjadi hujjah bahwa jin bisa menguasai manusia?
Dari Abu Saib, ia berkata, 'Kami berkunjung kepada Abu Sa'id al-Khudri t. Ketika kami sedang duduk, tiba-tiba kami mendengar ada gerakan dari bahwa ranjangnya, lalu kami lihat ternyata ada seekor ular. Lalu aku melompat untuk membunuhnya, dan Abu Sa'id t sedang shalat maka ia memberi isyarat kepadaku agar aku duduk, lalu aku duduk.

Tatkala ia salam, ia menunjuk satu rumah di kampung itu seraya berkata: 'Apakah engkau melihat rumah ini? Aku menjawab: 'Ya.' Ia berkata: 'Dulu ada seorang pemuda dari kami yang baru saja menikah. Kami berangkat bersama Rasulullah e menuju Khandaq. Maka anak muda itu meminta ijin kepada Rasulullah S.A.W. untuk pulang kepada keluarganya, maka beliau e memberi ijin kepadanya satu hari seraya bersabda: 'Bawalah senjata bersamamu, aku mengkhawatirkan bani Quraizhah kepadamu." Lalu laki-laki itu mengambil senjatanya, kemudian pulang. Ternyata istrinya berdiri di antara dua pintu, maka ia ingin menikamnya dengan tombak karena cemburu. Maka ia (istrinya) berkata kepadanya: 'Tahanlah tombakmu dan masuklah ke dalam rumah sehingga engkau melihat apa yang menyebabkan aku keluar rumah.' Lalu ia masuk ke dalam rumah, ternyata ada seekor ular besar yang melilit tempat tidur, ia langsung mengarahkan tombaknya kepadanya, maka ia menusuknya hingga tembus dengannya, kemudian ia keluar, lalu menancapkannya di dalam daar (perkampungan, rumah), lalu ia (ular) melilitnya. maka tidak diketahui, siapakah yang lebih dulu mati, ular atau anak muda...? HR. Muslim dalam shahih.[1] Dan diriwayatkan dalam Misykatul Mashabih: bab yang halal dimakan dan yang diharamkan.

Jawaban: Pertama, hadits itu shahih dari sisi sanad (yang meriwayatkan) dan matannya (teks riwayat).
Kedua, nenek moyang bangsa manusia nabi Adam u diciptakan dari tanah, kemudian ia menjadi manusia yang sempurna, dan turun temurun darinya anak-anaknya. Dan bangsa jin diciptakan dari api, kemudian menjadi hidup, di antara mereka ada lelaki dan ada wanita. Dan semua bangsa jin dan manusia, telah diutus Nabi e kepada mereka. Di antara mereka ada yang beriman dan ada yang kafir. Bangsa manusia bisa saja menyakiti jin, dia mengetahui atau tidak. Dan bangsa jin bisa menyakiti manusia, merasukinya atau membunuhnya. Sebagaimana manusia bisa menyakiti manusia yang lain dan membahayakannya, dan jin juga bisa menyakiti bangsa jin yang lain.

Barangsiapa yang menafikan (menolak) hal itu dari jin sedangkan dia tidak mengetahui kondisi mereka, berarti ia menafikan sesuatu yang tidak diketahuinya dan menyalahi berita mereka yang terdapat dalam al-Qur'an, firman Allah S.W.T.:
Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar, (QS. ar-Rahman:14)
Dan firman-Nya:
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. (QS. al-Mukminun:12)
Dan Allah S.W.T.  berfirman kepada mereka seperti kepada manusia dalam firman-Nya:
Dia menciptakan jin dari nyala api. (QS. ar-Rahman:15)

Dan dengan firman-Nya:
Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan". (QS: ar-Rahman:33)
Dan Allah I menundukkan bangsa jin di atas perbedaan kondisi mereka untuk Nabi-Nya Sulaiman A.S.,

Allah S.W.T.  berfirman:
Kemudian kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang dikehendakinya, *  dan (Kami tundukkan pula kepadanya) syaitan-syaitan semuanya ahli bangunan dan penyelam, * dan syaitan yang lain yang terikat dalam belenggu. (QS. Shaad:36-38)
Dan firman-Nya (Saba` : 12)

Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya.Dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di hadapanya (di bawah kekuasaanya) dengan izin Rabb-nya.Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala. (QS. Saba`:12)

Dan firman-Nya:

Dan Kami telah tundukkan (pula kepada Sulaiman) segolongan syaitan-syaitan yang menyelam (ke dalam laut) untuknya dan mengerjakan pekerjaan selain daripada itu; dan adalah Kami memelihara mereka itu, (QS. al-Anbiya:82)

Dan firman Allah S.W.T.:
Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan al-Qur'an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata:"Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)".Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. * Mereka berkata:"Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (al-Qur'an) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus. * Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih. * Dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah maka dia tidak akan melepaskan diri dari azab Allah di muka bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata". (QS. al-Ahqaaf:29-32)


Dan firman-Nya:
Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka semuanya, (dan Allah berfirman):"Hai golongan jin (syaitan), sesungguhnya kamu telah banyak (menyesatkan) manusia", lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia:"Ya Rabb kami, sesungguhnya sebahagian dari pada kami telah dapat kesenangan dari sebahagian (yang lain) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami". Allah berfirman:"Neraka itulah tempat diam kamu, sedang kamu kekal didalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)". Sesungguhnya Rabbmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. *  Dan demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu menjadi teman bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan. 

(QS. al-An'aam:128-129)
Bacalah ayat-ayat dari surah al-Jin dalam penjelasan terperinci tentang kondisi, amal perbuatan dan balasan orang yang beriman dan kafir dari mereka. Maka tidak aneh bahwa jin bisa menyakiti manusia, sebagaimana manusia bisa menyakiti jin apabila jin menyerupai bentuk hewan misalnya, sebagaimana dalam hadits yang telah disebutkan dalam pertanyaan. Dan sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan al-Bukhari dari Abu

Hurairah t: bahwa Nabi e bersabda:
(( إِنَّ عِفْرِيْتًا مِنَ الْجِنِّ تَفَلَّتَ الْبَارِحَةَ لِيَقْطَعَ عَلَيَّ صَلاَتِي فَأَمْكَنَنِي اللهُ مِنْهُ فَأَخْذُتُهُ فَأَرَدْتُ أَنْ أَرْبطَهُ عَلَى سَارِيَةٍ مِنْ سَوَارِي الْمَسْجِدِ حَتَّى تَنْظُرُوْا إِلَيْهِ كُلُّكُمْ  فَذَكَرْتُ دَعْوَةَ أَخِي سُلَيْمَانَ: رَبِّ هَبْ لِيْ مُلْكًا لاَيَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي فَرَدَدْتُهُ خَاسِئًا ))
'Sesungguhnya Ifrit dari bangsa jin melompat tadi malam untuk memutuskan shalatku. Maka Allah Y memberi kemampuan kepadaku darinya, lalu aku menangkapnya. Aku ingin mengikatnya di salah satu tiang masjid sehingga kamu semua bisa melihatnya. Lalu aku teringat doa saudaraku Sulaiman u: 'Rabb berilah kepadaku kerajaan yang tidak pantas untuk seseorang sesudahku.' Maka aku mengembalikannya dalam kondisi merugi."[2]

Secara  ringkas: semua bangsa jin dan manusia ada yang beriman dan ada yang kafir, baik dan buruk, bermanfaat untuk orang lain atau menyakiti dan semua itu dengan izin Allah S.W.T..
Dan yang terakhir, dunia jin dan kondisi mereka merupakan alam gaib bagi manusia. Mereka tidak mengetahui darinya kecuali yang terdapat dalam al-Qur`an dan sunnah yang shahih. Maka wajib beriman dengan apa yang terdapat dalam al-Qur`an dan sunnah tanpa merasa aneh atau mengingkari, dan tidak membicarakan selain itu, karena ikut berbicara menafikan atau menetapkan adalah berbicara tanpa berdasarkan ilmu. Dan Allah S.W.T. melarang hal itu dengan firman-Nya:

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya. (QS. al-Isra`:36)
Semoga shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.
Lajnah Daimah, majalah Buhuts Islamiyah, edisi 27 hal 71-74.

[1] Muslim 2236. [2] Al-Bukhari 3432 dan Muslim 541.

Hukum Meminta Pertolongan Jin Untuk Mengetahui Perkara Gaib Dan Untuk Hipnotis




Pertanyaan: Apakah hukumnya orang yang meminta bantuan jin dalam mengetahui perkara gaib seperti peramalan? Apakah hukum Islam terhadap 'hipnotis' di mana dengannya kemampuan pelakunya bisa bertambah kuat untuk menerawangkan fikiran korban, berikut mengendalikan dirinya dan membuatnya bisa meninggalkan sesuatu yang diharamkan, sembuh dari penyakit tegang otot atau melakukan perbuatan yang dimintanya tersebut?

Jawaban:
Pertama, Ilmu tentang hal-hal yang gaib merupakan hak mutlak Allah S.W.T., tidak ada seorang pun dari makhluk-Nya yang mengetahui, baik itu jin atau pun selain mereka kecuali wahyu yang disampaikan oleh Allah S.W.T.  kepada orang yang dikehendaki-Nya seperti kepada para malaikat atau para rasul-Nya. Dalam hal ini, Allah S.W.T. berfirman:
Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah",... (QS. An-Naml:65)

Dia juga berfirman berkenaan dengan Nabi Sulaiman A.S. dan kemampuannya menguasai jin:
Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan. (QS. As-Saba`:14)
 

Demikian pula firman-Nya:
(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. * Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. (QS. al-Jinn-:26-27)

Dan sebuah hadits yang shahih dari an-Nuwas bin Sam'an ia berkata, Rasulullah S.A.W. bersabda: 'Bila Allah S.W.T. ingin mewahyukan suatu hal, Dia berbicara melalui wahyu, lalu langit menjadi gemetar –dalam riwayat lain: gemetar yang amat sangat seperti disambar petir- hal itu sebagai refleksi rasa takut mereka kepada Allah S.W.T.. Bila hal itu didengar oleh para penghuni langit, mereka pun pingsan dan bersimpuh sujuh kepada Allah S.W.T
Maka yang pertama kali mengangkat kepalanya adalah Jibril, maka Allah S.W.T. berbicara kepadanya dari wahyu yang diinginkan-Nya, kemudian Jibril berkata, 'Allah S.W.T. telah berfirman dengan al-Haqq dan Dia-lah Yang Maha Tinggi lagi Maha besar'. Mereka semua mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan oleh Jibril. Lantas selesailah wahyu melalui Jibril hingga kepada apa yang diperintahkan oleh Allah S.W.T. terhadapnya."[1]

Di dalam hadits shahih yang lain, dari Abu Hurairah rahimahullaah, dari Nabi S.A.W., beliau bersabda: 'Bila Allah S.W.T. telah memutuskan perkara di langit, para malaikat merentangkan sayap-sayapnya sebagai (repleksi) ketundukan terhadap firman-Nya, ibarat rantai di atas batu besar yang licin yang menembus mereka. Maka bila rasa takut itu sudah hilang dari hati mereka, mereka berkata, 'Apa yang telah difirmankan oleh Rabb kalian? Malaikat yang lain berkata kepada malaikat (Jibril) yang mengatakan, 'Allah S.W.T. telah berfirman dengan Haq dan Dia-lah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.' Lalu hal itu didengar oleh para pencuri dengar (penguping) dan para pencuri dengar lainnya, demikian satu di atas yang lainnya. (Sufyan bin 'Uyainah, salah seorang periwayat hadits ini sembari menjelaskan spesifikasinya dengan tangannya; merenggangkan jemari tangan kanannya, menegakkan sebagian ke atas sebagian yang lain).  
Maka ia mendengarkan kata-kata, lalu ia menyampaikannya kepada yang di bawahnya, kemudian yang lain menyampaikan kepada yang di bawahnya hingga ia menyampaikannya kepada penyihir atau dukun. Bisa jadi setelah itu, meteor telah mengenainya sebelum menyampaikannya dan bisa jadi ia sudah menyampaikannya sebelum meteor itu menimpanya. Lalu ia berbohong bersamanya seratus kebohongan. Maka dikatakan: 'Bukankah ia telah berkata kepada kita di hari ini dan di hari itu,' lalu ia dipercayai karena kata-kata yang didengarnya dari langit."[2]

Maka berdasarkan hal ini, tidak boleh meminta pertolongan kepada jin dan para makhluk selain mereka untuk mengetahui hal-hal gaib, baik dengan cara memohon atau mendekatkan diri kepada mereka, memasang kayu gaharu atau pun lainnya. Bahkan, itu adalah perbuatan syirik karena  ia merupakan jenis ibadah, padahal Allah S.W.T. telah memberitahukan kepada para hamba-Nya agar mengkhususkan ibadah hanya untuk-Nya semata, yaitu agar mereka mengatakan,
'Hanya kepada-Mu kami menyembah (beribadah) dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan." (Al-Fatihah: 5)
Juga disebutkan dalam hadits yang shahih dari Nabi S.A.W. bahwasanya beliau bersabda kepada Ibnu Abbas:
إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ.
'Bila engkau meminta, maka mintalah kepada Allah Y dan bila engkau memohon pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada Allah Y.'[3]

Kedua, Hipnotis merupakan salah satu jenis sihir (perdukunan) yang mempergunakan jin sehingga di pelaku dapat menguasai diri korban, lalu berbicaralah dia melalui ucapannya dan mendapatkan kekuatan untuk melakukan sebagian pekerjaan setelah dikuasainya dirinya tersebut. Hal ini bisa terjadi, jika di korban benar-benar serius bersamanya dan patuh. Sebaliknya, hal ini dilakukan si pelaku karena adanya imbalan darinya terhadap hal yang dijadikannya taqarrub tersebut. Jin tersebut membuat si korban berada di bawah kendali di pelaku untuk melakukan pekerjaan atau berita yang dimintanya. Bantuan tersebut diberikan oleh jin bila ia memang serius melakukannya bersama si pelaku.
Atas dasar ini, menggunakan 'hipnotis' dan menjadikannya sebagai cara atau sarana untuk menunjukkan lokasi pencurian, benda yang hilang, mengobati pasien atau melakukan pekerjaan lain melalui si pelaku ini tidak boleh hukumnya. Bahkan, ini termasuk syirik karena alasan di atas dan hal itu termasuk berlindung kepada selain Allah S.W.T.  terhadap hal yang merupakan sebab-sebab biasa di mana Allah S.W.T. menjadikannya dapat dilakukan oleh para makhluk dan membolehkannya bagi mereka.
Wabillahit taufiq. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.
Lajnah Daimah – Majalah Buhuth Islamiyah –edisi 30 hal. 78-81.

[1] Ibnu Abi 'Ashim dalam as-Sunnah 515, Ibnu Khuzaimah dalam at-Tauhid 1/349, ath-Thabrani dalam 'Musnad asy-Syamiyin' 591, dan al-Baihaqi dalam Asma' dan Sifat 1/511 (435). [2] Al-Bukhari 4800.
[3] Musnad Ahmad, 1/293, 303, 307, at-Tirmidzi 2516 dan ia berkata:'Hasan Shahih'.Ath-Thabrani dalam al-Ausath 5417, dan dalam al-Kabir 11243, 11416, 12988, Abu Ya'la dalam Musnadnya 2556, al-Baihaqi dalam 'Syau'abul Iman' 195, 1074, 10000

Istikhaarah: Sholat untuk Meminta Petunjuk




Sholat Istikhaarah adalah sholat Sunnah dimana Nabi (kedamaian dan keberkahan Allah diperuntukkan baginya) dijelaskan bagi siapa pun yang ingin melakukan sesuatu tetapi ragu dalam melakukannya. Pembahasan tentang sholat Istikhaarah ini mencakup 8 (delapan) poin:
1- Definisi
2- Aturan
3- Hikmah dibalik Penetapan tersebut
4- Alasan untuk melakukannya
5- Kapan Istikhaarah harus dimulai
6- Berkonsultasi dengan orang lain sebelum melakukan sholat istikhaarah
7- Ayat-ayat Al Qur’an apa yang harus dibaca di dalam istikhaarah
8- Kapan seharusnya do’a-doa harus dibaca?
1 – Definisi
Istikhaarah di dalam bahasa Arab berarti mencari petunjuk untuk membuat keputusan akan suatu hal tertentu. Disebutkan di dalam bahasa Arab sebagai Istakhir Allaaha yakhir laka (Carilah petunjuk dari Allaah dan Dia akan memberikanmu petunjuk akan keputusan yang terbaik/benar). Di dalam terminologi syari’ah, Istikhaarah berarti mencari petunjuk (untuk keputusan yang terbaik/benar), seperti., mencari petunjuk yang terbaik menurut Allah dan paling sesuai dengan pilihan, dengan sholat dan do’a yang disebutkan berkenaan dengan Istikhaarah.
2 – Peraturan
Para ulama telah sepakat bahwa sholat Istikhaarah itu adalah Sunnah. Bukti tentang hal tersebut ada dalam hadist yang diriwayatkan oleh al-Bukhaari dari Jaabir (semoga Allaah senantiasa dengannya) yang mengatakan:
“Rasul Allaah (kedamaian dan keberkahan Allah selalu tercurah padanya) selalu mengajarkan pada sahabatnya untuk melakukan istikhaarah di dalam segala hal, seperti beliau biasa mengajarkan mereka surat-surat dari Qur’aan. Beliau bersabda: “Jika salah satu dari kalian mempertimbangkan akan suatu keputusan yang hendak dibuat, maka biarkan dia sholat 2 raka’at sebagai sholat yang tidak diwajibkan, kemudian mengucapkan: Allaahumma inni astakheeruka bi ‘ilmika wa astaqdiruka bi qudratika wa as’aluka min fadlika, fa innaka taqdiru wa laa aqdir, wa ta’lamu wa laa a’lam, wa anta ‘allaam al-ghuyoob. Allaahumma fa in kunta ta’lamu haadha’l-amra (kemudian hal yang dimaksud harus disebutkan dengan nama) khayran li fi ‘aajil amri wa aajilihi (or: fi deeni wa ma’aashi wa ‘aaqibati amri) faqdurhu li wa yassirhu li thumma baarik li fihi. Allaahumma wa in kunta ta’lamu annahu sharrun li fi deeni wa ma’aashi wa ‘aaqibati amri (or: fi ‘aajili amri wa aajilihi) fasrifni ‘anhu [wasrafhu ‘anni] waqdur li al-khayr haythu kaana thumma radini bihi (Ya Allah, aku mohon petunjuk-Mu [di dalam memutuskan pilihan] dengan kebaikan atas pengetahuan-Mu, dan aku mohon kemampuanmu dengan kebaikan atas kekuasaan-Mu, dan aku mohon kepada-Mu atas segala Kekuasaan-Mu. Dan mohon kepada-Mu atas segala Karunia-Mu yang besar. Engkau memiliki kemampuan, sedangkan aku tidak. Dan Engkau Mengetahui, sedangkan aku tidak. Engkau yang mengetahui segala hal yang tersembunyi. Engkau mengetahui sesuatu yang tersembunyi. Ya Allaah, Jika di dalam pengetahuan-Mu, masalah ini (kemudian harus disebutkan namanya) adalah baik bagiku baik di dunia atau pun di akhirat (atau: di dalam agamaku, mata pencaharianku dan urusanku), kemudian mentakdirkannya bagiku, membuatnya mudah bagiku, dan memberkatinya bagiku. Dan jika di dalam pengetahuan-Mu adalah buruk bagiku dan bagi agamaku, mata pencaharianku dan urusanku (atau: bagiku baik di dunia mau pun di akhirat), maka jauhkanlah aku darinya, [dan jauhkanlah hal itu dariku], dan takdirkan bagiku kebaikan dimana pun itu terjadi dan buatlah aku menyenanginya).”
Diriwayatkan oleh al-Bukhaari di beberapa tempat di dalam Saheeh-nya (1166).
3 – Hikmah dibalik Penetapan tersebut:
Alasan mengapa Istikhaarah ditetapkan adalah bahwa hal tersebut tunduk kepada perintah Allaah dan demonstrasi praktis bahwa seseorang tidak memiliki daya dan kekuatan sendiri. Hal ini berarti bahwa kembali ke Allaah dan mencari cara untuk mengkombinasikan kebaikan di dunia ini dan hari kemudian. Untuk mencapai hal tersebut, seseorang harus mengetuk pintu Sang Raja, Allaah, segala Puji bagi-Nya, dan tidak ada sesuatu pun yang lebih bermanfaat dalam hal ini selain sholat dan doa, karena berhubungan dengan menyegani Allaah, memuji-Nya dan mengekspresikan kebutuhan seseorang akan Dia. Kemudian setelah sholat istikhaarah seseorang harus melakukanya yang menurutnya adalah terbaik.
4 – Alasan melakukannya:
Di dalam kondisi apa seseorang harus melakukan sholat istikhaarah? Ke-empat mahzab setuju bahwa istikhaarah dirumuskan bilamana seseorang tidak tahu keputusan terbaik apa yang harus diambilnya. Dalam hal dimana diketahui apakah hal tersebut baik atau buruk, seperti tindakan beribadah, melakukan perbuatan baik, dosa atau tindakan-tindakan setan, tidak dibutuhkan sholat istikhaarah dalam kasus ini. Tetapi jika seseorang ingin mengetahui waktu yang tepat untuk melakukan sesuatu, seperti apakah harus pergi Haji tahun ini, karena terdapat kemungkinan menghadapi musuh atau kesengsaraan, atau harus pergi dengan orang tertentu atau tidak, maka dia boleh melakukan sholat istikhaarah berkaitan dengan beberapa keputusan. Tetapi tidak ada tempat untuk Istikhaarah ketika muncul hal-hal yang diwajibkan, haram atau makruh. Lebih kepada Istikhaarah diperuntukkan untuk melakukan hal-hal yang dianjurkan atau diperbolehkan.. Istikhaarah tidak dianjurkan untuk hal-hal biasa yang berkenaan dengan hal-hal yang dianjurkan, tetapi lebih harus dilaksanakan di dalam kasus terdapat suatu konflik, misalnya, ketika seseorang harus memilih dua hal dan harus memutuskan hal mana yang harus dimulai terlebih dahulu atau mana yang harus tidak dilakukan. Berkenaan dengan hal-hal yang diperbolehkan, dia boleh melakukan sholat Istikhaarah sebagai suatu hal yang biasa dilakukan.
5 – Kapan harus seseorang harus memulai sholat Istikhaarah?
Seseorang yang ingin melakukan sholat Istikhaarah harus memiliki pikiran yang terbuka, dan tidak memutuskan pada satu aksi tertentu. Suatu frasa ”Jika salah seorang dari kamu sengaja” mengindikasikan bahwa Istikhaarah harus dilaksanakan ketika seseorang mulai berpikir akan hal tersebut, ketika melalui berkahnya sholat dan doa, apa yang baik akan menjadi jelas baginya, berbeda dengan ketika ide telah mengambil akarnya dan pemecahannya untuk permasalahan tersebut, di dalam hal inklinasinya akan mencakrukannya, dan ada ketakutan akan adanya hikmah yang mungkin tidak berlaku karena dia cenderung melakukan suatu hal yang telah dia putuskan untuk melakukannya. Ini mungkin berarti dengan keputusan yang dihasilkan, karena melalui hal yang tidak penting. Dan seseorang harus tidak melakukan sholat istikhaarah kecuali ketika dia telah memutuskan sesuatu tetapi tidak memiliki kecenderungan yang kuat ke arah tersebut. Jika tidak, jika seseorang melakukan sholat Istikhaarah untuk setiap pikiran yang terlintas dalam benaknya, dia tidak akan pernah berhenti dan dia akan membuang seluruh waktunya untuk melakukan hal tersebut.
6 – Berkonsultasi dengan lainnya sebelum melakukan sholat istikhaarah
Al-Nawawi mengatakan: Adalah dianjurkan, sebelum melakukan sholat istikhaarah, untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan seseorang yang dikenal baik, perhatian dan memiliki pengalaman, dan seseorang yang dapat dipercaya berkenaan dengan komitmen dan pengetahuan keagamaannya. Allaah berfirman (yang artinya):
“dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan tersebut”
[Aal ‘Imraan 3:159]
7 – Apa yang harus dibaca di dalam Salaat al-Istikhaarah
Terdapat tiga pendapat tentang apa yang harus dibaca di dalam Sholat al-Istikhaarah:
(a) Imam Hanafi, Maliki, dan Shaafe’i mengatakan bawah dianjurkan, setelah membaca surat al-Faatihah, untuk membaca surat Qul yaa ayyuha’l-kaafiroon di raka’at pertama dan Qul huwa Allaahu ahad di raka’at kedua. Al-Nawawi mengatakan, penjelasan akan alasan tersebut adalah: Sangat tepat untuk membaca surat-surat ini di dalam sholat, untuk memperlihatkan ketulusan dan ekspresi kamu untuk menyerahkan urusanmu kepada Allaah. Mereka mengatakan bahwa juga diperbolehkan untuk menambah surat-surat lain dari Al-Qur’an dimana konteksnya berhubungan dengan ide membuat suatu pilihan atau keputusan.
(b) Beberapa Salaf mengatakan bahwa di dalam sholat istikhaarah sangat baik untuk menambahkan, setelah membaca al-Faatihah, ayat-ayat berikut di dalam raka’at pertama:
“Dan Tuhan-mu menciptakan dan memilih apa yang Dia Kehendaki. Bagi mereka (manusia) tidak ada pilihan. Maha Suci Allah Yang Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan (sebagai rekan-Nya).
Dan Tuhan-mu mengetahui apa yang disembunyikan dalam dada mereka dan apa yang mereka nyatakan.
Dan Dia-lah Allaah; Laa ilaaha illa Huwa (tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia), segala puji bagi-Nya di dunia dan di akhirat, dan baginya segala penentuan dan kepada-Nya kamu dikembalikan.”
[al-Qasas 28:68-70]
Dan ayat-ayat berikut di raka’at kedua:
“Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang Mukmin dan perempuan yang Mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah Menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata.”
[al-Ahzaab 33:36 – intepretasi dari arti]
(c) Imam Hanbali dan beberapa fuqaha’ tidak mengatakan bahwa beberapa ayat tertentu harus dibaca ketika melakukan sholat Istikhaarah.
8 – Kapan seseorang harus sholat Istikhaarah
Imam Hanafi, Maaliki, Shaafe’i dan Hanbali menyatakan bahwa do’a harus dibacakan segera setelah sholat selesai. Hal ini berhubungan dengan apa yang tercantum di dalam hadist yang diriwayatkan dari Rasul Allaah (kedamaian dan keberkahan Allah baginya). Lihat al-Mawsoo’ah al-Fiqhiyyah, bagian 3, hal. 241.
Shaykh al-Islam Ibn Taymiyah mengatakan di dalam al-Fataawa al-Kubra: Bag. 2, hal. 265 Pertanyaan yang berkenaan dengan Do’a al-Istikhaarah: haruskan doa ini dibaca selama sholat atau setelah mengucapkan salaam? Jawabannya adalah hal ini diperbolehkan untukmembaca do’a istikhaarah sebelum dan sesudah salaam, apakah kamu sholat al-istikhaarah atau sholat lainnya. Membaca do’a sebelum salaam adalah lebih utama, sebagaimana Nabi (kedamaian dan keberkahan Allah baginya) biasa membaca banyak do’a sebelum mengucapkan salaam, dan sebenarnya para pemuja sebelum mengucapkan salaam masih dalam keadaan sholat, sehingga lebih baik membaca do’a sesudahnya.
Dan Allaah mengetahui yang terbaik
sumber: islamqa


Dua of Istikhaara

Listen







Agar Khusyu’ dalam Sholat


Apa itu Khusyu?

Khusyu' selama sholat sering disalahartikan oleh sebagian besar orang dengan cara menangis dan meratap. Lebih dari itu, merupakan persiapan hati selama menjalankan ibadah. Ketika hati seseorang dipenuhi dengan apa yang dikatakan dan didengarnya, maka dia akan berada dalam keadaan khusyu'.
Konsep khusyu dalam sholat adalah sangat penting:
1. Merupakan faktor penting di dalam membuat seseorang sukses di dalam hidupnya saat ini dan kemudian.
Bagaimanapun, orang-orang yang beriman, yang dapat khusyu' dalam sholatnya, adalah pemenang.
2. Merupakan suatu faktor kontribusi dalam menerima sholat.
3. Merupakan cara-cara untuk mendapatkan pahala lebih dari Allah S.W.T, semakin seseorang khusyu' dalam sholat, semakin besar pahala yang akan didapat.
4. Tanpa khusyu, hati kita tidak dapat dengan mudah dibersihkan.
Cara-cara agar dapat Khusyu':
A. Sebelum Sholat
1. Seorang muslim harus mengetahui Tuhan-nya dengan sangat. Mengetahui kepada siapa dia menyembah akan membuatnya menjadi penyembah yang lebih baik. Memiliki pengetahuan yang jelas dan otentik tentang Allah akan meningkatkan Cinta-Nya di hati kita. Sebagai konsekuensi, keimanan kita akan bertambah.
2. Hindari melakukan dosa-dosa besar dan kecil akan sangat membantu agar khusyu, karena hati akan menjadi lebih mendalami firman-firman Allah selama dan setelah Sholat.
3. Membaca Al-Qur'an lebih sering dan konsisten akan melembutkan hati dan mempersiapkan agar khusyu'. Hati yang keras tidak akan dapat khusyu'.
4. Perkecil keterkaitan akan masalah-masalah dunia. Mengingat Hari Kemudian akan membantu melawan keterkaitan dengan hidup.
5. Hindari tertawa berlebihan dan argumentasi yang tidak berguna karena hal-hal tersebut akan memperkeras hati dan menjadikan kurang keinginan belajar.
6. Berhentilah bekerja begitu kamu mendengar azan. Ketika kamu mendengar panggilan untuk sholat, ulangi perkataan Mu'azin dan kemudian berdo'alah. Hal ini akan mempersiapkan diri anda untuk transisi dari bisnis (urusan) dunia dengan urusan sholat.
7. Berwudhulah seketika mendengar azan, yang akan membuat anda tidak menunda sholat. Wudhu juga dapat menjadikan kita berada di zona penyangga sebelum melaksanakan sholat.
8. Pergi ke masjid lebih cepat untuk melakukan sholat dan dilanjutkan dengan menyebut Allah akan menjadikan setan pergi dan membantu kita agar konsentrasi.
9. Waktu tunggu untuk sholat akan membantu kita berada di zona penyangga antara pikiran sebelum dan selama menjalankan sholat.
B. Selama Sholat
1. Iqomah itu sendiri merupakan tanda bagi kita untuk mempersiapkan agar lebih baik dalam melaksanakan sholat. Ingatlah saat Rasulullah berkata pada Bilal (r.a.), "Mari kita nikmati akan kenyamanan dalam sholat."
2. Ketika anda berdiri menghadap Kiblat ingatlah hal-hal berikut:
a. Mungkin itu merupakan sholat terakhir anda dalam hidup. Tidak ada garansi untuk hidup lebih lama untuk melaksanakan sholat berikutnya.
b. Anda berdiri diantara tangan Allah, Tuhan dunia. Bagaimana anda masih disibukkan dengan hal lainnya?
c. Malaikat kematian sedang mengejar anda.
3. Jangan lupa melakukan Isti'azah. Hal tersebut akan menghindarkan anda dari bisikan-bisikan setan.
4. Fokuskan mata anda pada tempat sujud. Hal ini akan membantu anda untuk lebih berkonsentrasi.
5. Ketika membaca Al-Fatihah, cobalah untuk mendengar respon dari Allah kepada anda setelah membaca setiap ayatnya. (ketika anda mengucapkan, "Alhamdulillahi Rabbil 'alamin) Allah akan merespon: "Hamba-Ku memuji-Ku." dan lain-sebagainya. Perasaan berbicara kepada Allah ini akan meletakkanmu pada mood (suasana hati) yang baik akan khusyu'.
6. Memperindah bacaan Al-Qur'an akan berdampak positif pada hati anda.
7. Bacalah Al-Qur'an dengan perlahan dan usahakan untuk memahami artinya secara mendalam.
8. Direkomendasikan untuk mengganti Surah-surah yang anda baca dari waktu ke waktu untuk mengindari seperti mesin dalam membacanya.
9. Alternatif antara sunah otentik yang beragam seperti membaca do'a-do'a pembuka yang berbeda di setiap sholat.
10. Tidak diragukan lagi, memahami Bahasa Arab akan membantu anda fokus dalam memahami artinya.
11. Berinteraksilah dengan setiap ayat yang dibaca:
a. Jika anda mendengar ayat tentang Allah, besarkanlah nama-Nya dengan perkataan "Subhana Allah"
b. Jika anda mendengar ayat tentang neraka, katakanlah "A'uuthu billahi mina-n-naar".
c. Jika anda mendengar perintah untuk beristigfar, maka beristighfarlah.
d. Jika anda mendengar ayat yang memerintahkan untuk bertasbih, maka bertasbihlah.
12. Interaksi-interaksi ini akan sangat membantu anda untuk tetap fokus.
13. Saat anda bersujud, ingatlah bahwa posisi ini akan membawa anda lebih dekat kepada Allah. Gunakan kesempatan tersebut untuk berdo'a. Investasikan saat-saat tersebut untuk membaca do'a.
C. Setelah Sholat
e. Saat melakukan tasliim, beristighfarlah kepada Allah seperti saat anda melakukannya selama sholat.
f. Saat anda memuji Allah, berterimakasihlah pada-Nya dari lubuk hati anda bahwa anda mengalami pengalaman akan sholat yang indah di dalam hati anda.
Membiasakan hal ini akan membuat anda lebih siap dalam melakukan sholat berikutnya, karena anda akan selalu ingin fokus dalam sholat.
g. Satu kesempurnaan akan membawa pada kesempurnaan yang lain. Jika sekali seseorang melaksanakan sholat dengan sempurna, maka kemudian dia akan menjadikan dirinya termotivasi untuk melanjutkannya dalam level yang sama.
Semoga Allah mengisi hati kita dengan Khusyu'. Amin.
Beranilah
Bersiaplah untuk berjuang
Bertahanlah
Yakinlah bahwa Islam akan memperoleh Kemenangan.
Takutlah pada Allah dimanapun anda berada di segala waktu dan segala tempat.
Berdirilah untuk Islam bagaimanapun orang suka atau tidak suka.
Dedikasikan diri anda untuk mengubah dunia. Pergilah untuk melawan butiran-butiran (kesewenang-wenangan)
Dunia membutuhkan anda. Anda adalah komunitas terbaik bagi pertumbuhan umat manusia.
Oleh Dr. Mamdouh N Mohamed
Associate Professor pada American Open University

::KISAH KOIN PENYOK ::.

Alkisah, seorang lelaki keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa. Sudah cukup lama ia menganggur. Kondisi finansial keluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah dengan barang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokok keluarganya sandang dan pangan.

Anak-anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering marah-marah karena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang layak. Laki-laki itu sudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin bahwa perjalanannya kali inipun akan membawa keberuntungan, yakni mendapatkan pekerjaan.

Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya
terantuk sesuatu. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya.
“Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok,” gerutunya kecewa. Meskipun begitu ia membawa koin itu ke sebuah bank.

“Sebaiknya koin in Bapak bawa saja ke kolektor uang kuno,” kata teller itu memberi saran. Lelaki itupun mengikuti anjuran si teller, membawa koinnya kekolektor. Beruntung sekali, si kolektor menghargai koin itu senilai 30 dollar.

Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan rejeki nomplok ini. Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu sedang diobral. Dia bisa membuatkan beberapa rak untuk istrinya karena istrinya pernah berkata mereka tak punya tempat untuk menyimpan jambangan dan stoples. Sesudah membeli kayu seharga 30 dollar, dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang.

Di tengah perjalanan dia melewati bengkel seorang pembuat mebel. Mata
pemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu yang dipanggul lelaki itu.
Kayunya indah, warnanya bagus, dan mutunya terkenal. Kebetulan pada waktu itu ada pesanan mebel. Dia menawarkan uang sejumlah 100 dollar kepada lelaki itu.
Terlihat ragu-ragu di mata laki-laki itu, namun pengrajin itu meyakinkannya dan dapat menawarkannya mebel yang sudah jadi agar dipilih lelaki itu. Kebetulan di sana ada lemari yang pasti disukai istrinya. Dia menukar kayu tersebut dan meminjam sebuah gerobak untuk membawa lemari itu. Dia pun segera membawanya pulang.

Di tengah perjalanan dia melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedang mendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itu mendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si wanita terpikat dan menawar dengan harga 200 dollar. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanita menaikkan tawarannya menjadi 250 dollar. Lelaki itupun setuju. Kemudian mengembalikan gerobak ke pengrajin dan beranjak pulang.

Di pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar. Pada saat itu seorang perampok keluar dari semak-semak, mengacungkan belati, merampas uang itu, lalu kabur.

Istri si lelaki kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya seraya berkata, “Apa yang terjadi? Engkau baik saja kan? Apa yang diambil oleh perampok tadi?”

Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, “Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi”.

Bila Kita sadar kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan?

Sebaliknya, sewajarnya kita bersyukur atas segala karunia hidup yang telah Tuhan berikan pada kita, karena ketika datang dan pergi kita tidak membawa apa-apa.

Referensi Lainnya : http://kembanganggrek2.blogspot.com/