~~*~~ 7 SIKAP YAG HARUS DIMILIKI JIKA KITA SAKIT ~~*~~
SEORANG
mukmin, apabila ditimpa suatu penyakit, baik penyakit itu menimpa diri
sendiri, keluarga, maupun orang lain, termasuk apabila hendak mengobati
atau meruqyah orang lain, maka hendaklah melakukan hal-hal sebagai
berikut:
1. Berdoa kepada Allah agar memberikan kesembuhan,
kesembuhan yang tidak menyisakan sedikit pun penyakit, serta
menyempurnakan kesehatan kita selamanya.
2. Hendaklah
berprasangka baik kepada Allah. Luruskan akidah dengan menyadari bahwa
ujian yang menimpa ini datang dari Allah yang Maha Pengasih, yang
mengasihi melebihi kasih sayang ibu, bahkan melebihi kasih sayang
manusia kepada diri sendiri. Allah Maha Suci, Dialah yang menguji
manusia, dan ujian itu merupakan kasih sayang-Nya kepada hambanya. Dalam
hal ini Rasulullah Saw bersabda: “Allah tidak menguji hamba-Nya yang
beriman, menyangkut dirinya, hartanya, atau anaknya, kecuali untuk salah
satu dari dua tujuan, yakni mungkin mempunyai dosa yang tidak bisa
diampunkan kecuali dengan ujian ini atau ia akan memperoleh derajat di
sisi Allah yang tidak bisa dicapainya kecuali dengan ujian ini.
Prasangka baik kepada Allah berarti menyadari bahwa musibah yang
menimpa itu merupakan kebaikan bagi manusia itu sendiri, dan itu pasti,
akan tetapi banyak orang yang tidak mengetahuinya. Allah berfirman:
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan
boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS Al-Baqarah [2]:
216).
3. Tidak disibukkan dengan ujian dan cobaan itu, sehingga
melupakan “yang memberi ujian dan cobaan”, yaitu Allah Swt. Banyak
orang sakit yang sibuk dengan ujian yang dihadapinya, semua pemikiran
mereka terfokus pada mencari dokter, pergi ke laboratorium, melakukan
terapi radiologi, dan berbagai terapi modern lainnya, dan seterusnya,
tetapi lupa kepada Tuhannya. Padahal sepatutnya, manusia justru lebih
dekat kepada Rabbnya pada saat sakit. Akan lebih bermanfaat dan lebih
memberikan harapan jika pada saat sakit ia mengadu sepenuh hati kepada
Rabbnya sambil berusaha mencari obat. Dalam sebuah hadist Qudsi
disebutkan bahwa Allah Swt berfirman kepada seorang hamba pada hari
kiamat: “Hamba-Ku, Aku sakit tetapi engkau tidak menjenguk-Ku!” Si hamba
berkata, ‘Ya Rabb, bagaimana aku menjenguk-Mu, sedangkan Engkau Rabb
semesta alam?’ Allah berfirman, ‘Tidak tahukah engkau, bahwa hamba-Ku si
fulan sakit, tetapi engkau tidak menjenguknya. Tidakkah engkau tahu,
jika engkau menjenguknya, niscaya engkau mendapati-Ku di sisinya?”
4. Para ulama mengatakan bahwa dalam hadist ini terdapat petunjuk
mengenai kedekatan Allah kepada orang-orang yang hatinya sudah patah
harapan kepada selain Allah. Kedekatan yang tentu saja selaras dengan
keagungan dan kemahasempurnaan-Nya, “Tiada sesuatu yang seperti-Nya, dan
Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
5. Seyogiyanya berpikir
tentang hikmah Ilahi dari musibah yang menimpa itu. Allah Maha
Bijaksana, ketetapan dan takdir-Nya tidak lepas dari hikmah itu. Allah
Swt berfirman, “Apapun musibah yang menimpamu, maka disebabkan oleh
perbuatanmu sendiri dan Dia memaafkan banyak (kesalahanmu).” (QS
Al-Syuura: 30).
Diriwayatkan dari Abdurrahman ibn Sa’id, dari
ayahnya, ia berkata: Suatu ketika saya bersama Salman menjenguk seorang
yang sakit di Kindah. Ketika datang kepadanya, ia berkata,
“Bergembiralah, karena sesungguhnya sakit orang mukmin itu oleh Allah
dijadikan sebagai kafarat (penebus) dan penghapus dosa. Sedangkan sakit
orang pendosa itu seperti unta yang diikat oleh pemiliknya, kemudian
dilepaskan oleh mereka, ia tidak tahu mengapa diikat dan mengapa
kemudian dilepaskan? Ketika Ibnu Sirin dilanda kesedihan, ia berkata, “
Aku tahu penyebab kesedihan ini, yakni sebuah dosa yang kulakukan empat
puluh tahun yang lalu.” Ahmad bin Abi Hawari berkata, “Dosa-dosa
orang-orang di masa itu sedikit, sehingga mereka tahu dosa manakah yang
menjadi penyebab, akan tetapi dosa-dosa kita banyak sekali, sehingga
kita tidak tahu, dosa manakah yang menyebabkan musibah kita.” Kita
harus mencari tahu, dosa manakah yang menyebabkan musibah datang kepada
kita. Semoga dengan taubat dan kesungguhan kita kembali kepada Allah,
Allah menghapuskan bencana itu.
6. Meyakini bahwa berobat
merupakan satu sebab. Pengobatan adalah satu sebab, operasi adalah satu
sebab, obat adalah satu sebab, semua itu semata-mata sebab. Sedangkan
suatu sebab tidak bisa memberikan efek apapun kecuali dengan izin Allah.
Rasulullah Saw bersabda: “Setiap penyakit ada obatnya. Jika obat
mengenai penyakit, maka ia akan sembuh dengan izin Allah Azza wa Jalla.”
(HR Muslim). “Allah tidak menurunkan penyakit kecuali ada penangkalnya,
penangkal itu ada yang diketahui dan ada pula yang tidak
mengetahuinya.” (HR Al-Hakim).
Nabi menyebutkan sebab-sebab
datangnya kesembuhan, yakni pertama, mempunyai pengetahuan tentang sebab
penyakit dan pengobatannya; dan kedua, yang benar mengenai permasalahan
ini adalah hendaklah ia mengetahui benar penyakitnya (dengan benar dan
dengan diagnosa yang akurat), dan resep yang diberikan hendaklah tepat.
Dan syarat terakhir dan terpenting adalah adanya izin dari Allah untuk
diperolehnya kesembuhan. Karena itu, salah satu doa Nabi Saw adalah: “Ya
Allah, Engkau adalah Asy-Syafi (Maha Menyembuhkan), tidak ada
kesembuhan selain kesembuhan dari-Mu.”
7. Kita harus yakin
bahwa yang memberikan kesembuhan adalah Allah, bukan dokter atau obat.
Penyembuh itu Allah, karena itu hendaklah hati kita tergantung kepada
Allah saja, bukan kepada sebab-sebab kesembuhan. Ketergantungan hati
kepada sebab-sebab merupakan kesyirikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar